Hitam Putih Kehidupan

Tuhan menciptakan dunia ini dengan dua hal, secara sederhana kita gambarkan sebagai hitam dan putih.


Ada plus ada minus

Ada Positif ada negatif
Ada laki-laki ada perempuan
Ada atas ada bawah
Ada kanan ada kiri
Ada surga ada neraka
Ada kuat ada lemah
Ada baik ada buruk
Ada kelebihan ada kekurangan



Kenapa diciptakan dunia ini dengan dua hal?

Tuhan menciptakan dua sisi agar kehidupan berjalan dengan seimbang. Kedua porsi antara satu sisi dengan satu sisi lainnya harus berjalan dengan seimbang. Jangan fikirkan bahwa keseimbangan itu harus sama nilai, porsi, isi dan bentuknya.

Sebagai contoh kita ambil, ketika timbangan menimbang berat suatu benda seberat 50 kg apakah harus sama dari nilai, bentuk dan kualitasnya?

Tidak !!

50 kilogram batu, meskipun sama beratnya dengan 50 kilogram kapas akan memiliki perbedaan dari sisi bentuk, ukuran, kualitas, kuantitas maupun nilai. Atau bandingkan dengan 50 kilogram emas, pasti akan sangat mencolok

Begitupun kita manusia yang diciptakan dengan sempurna sebagai makhluk Tuhan ‘dibandingkan dengan makhluk lainnya’. Apakah kata sempurna itu berarti bahwa kita adalah sempurna segalanya?

Tidak..
Kita dikatakan sempurna, dengan tambahan kalimat ‘dibandingkan dengan makhluk lainnya’ karena dari sisi fisik kita memang memiliki bentuk penciptaan paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya, kita juga diberi akal, fikiran dan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.

Dalam kehidupan, kita berada pada keadaan dua hal, sebagai makhluk individu yang memiliki hak dan kewajiban untuk mempertahankan kehidupan kita dengan segala daya dan upaya (homo homini lupus), dan sebagai makhluk sosial yang memiliki hak dan kewajiban untuk berinteraksi dan bermanfaat bagi makhluk lainnya (homo homini socius)

Sebagai makhluk individu, kita memiliki kelebihan, kekurangan dan keterbatasan sendiri-sendiri yang tiap manusia itu berbeda-beda. Ada yang memiliki kelebihan dari sisi fisik, ada yang memiliki kelebihan dari sisi sifat, kelakuan, bakat, kemampuan, materi, jabatan, kedudukan dan lainnya.

Pun, kelebihan tersebut tidak mungkin sama tiap manusia, seseorang yang memiliki kelebihan fisik dengan yang dimiliki manusia lain tidak mungkin sama karena Tuhan menciptakan setiap makhluk dengan kondisi yang sama dari sisi apapun.

Maka agar terjadi keseimbangan, kita harus bisa berinteraksi secara sosial dengan dunia luar, dengan makhluk lain, dengan manusia lain agar bisa saling melengkapi, menutupi kekurangan dari satu sisi dan sisi lainnya. Kita membutuhkan orang lain untuk menutupi kekurangan kita, dan kita juga dibutuhkan orang lain dan makhluk lain untuk menutupi kekurangan mereka.

Terkadang kita masih salah kaprah dalam menjalani kehidupan, egoisme kita masih terlalu tinggi. Kita hanya memandang sepihak dari satu sisi seseorang tanpa melihat sisi lainnya. Ketika seseorang dengan satu kelebihan yang dimiliki kita manfaatkan, namun di satu sisi lain kita tidak memandang dan memahami bahwa dia juga memiliki sisi kekurangan dan keterbatasan.

Kita lebih sering berada pada posisi ‘memanfaatkan’ kelebihan seseorang tanpa bisa ‘memahami dan mengerti’ sisi kekurangannya sehingga ketika kita mengerti kekurangannya kita akan beranggapan bahwa dia memiliki banyak kekurangan, keterbatasan dan kejelekkan yang lebih daripada kebaikan dan sisi kelebihan yang dimilikinya.

Padahal sisi kekurangan atau keterbatasan itu masih sering berdasarkan persepsi atau anggapan kita, atau kadang kita hanya mendengar dari orang lain yang belum tentu orang yang menceritakan kepada kita lebih tahu tentang kebenarannya atau bahkan karena ia memiliki maksud tertentu dengan menceritakan hal tersebut.

Itu terjadi pada hampir setiap orang hanya saja kita tidak menyadari, kita sadar namun tidak mengakui ataupun ada yang benar-benar tidak sadar.


Diakui atau tidak, disadari atau tidak kita masih sering berlaku seperti itu, ketika hidup bersama dengan seseorang, ketika bekerjasama dengan seseorang, ketika berada pada satu perkumpulan yang sama dengan seseorang kita lebih banyak menerima sisi kelebihan yang dimilikinya namun ketika kita mengetahui sisi kekurangannya kita akan memberikan nilai yang negatif terhadapnya.

Maka apa yang terjadi ? ketidakseimbangan !!
Kita mengambil contoh beberapa hal
Seorang yang sedang memadu kasih, sedang jatuh cinta pada awalnya akan menerima apapun kondisi kekasihnya, kelebihan, kekurangan dan keterbatasannya. Namun seiring berjalannya waktu, akan terjadi ketidakseimbangan karena masing-masing akan saling membuka kekurangan yang terjadi pada diri masing-masing bukan untuk diperbaiki bersama namun sering menjadi alasan pertengkaran mereka.

Seorang suami/istri akan saling menyalahkan dengan kekurangan dan kesalahan masing-masing sebagai alasan sebuah pertengkaran dalam rumah tangga mereka.

Seorang sahabat/teman akan saling menyalahkan dengan kesalahan/kekurangan yang terjadi dan ada pada sahabat/temannya sehingga akan terjadi perselisihan dalam persahabatan mereka.

Seorang anggota/pengurus organisasi akan menyalahkan anggota/pengurus lainnya dengan alasan kekurangan atau kesalahan yang diperbuat tanpa mencari cara bagaimana kekurangan dan keterbatasan itu ditutupi oleh anggota/pengurus lainnya.

Dan ini terjadi secara umum di manapun dan pada siapapun.

Bagaimanakah agar keseimbangan terjadi ?

Berlakulah adil dalam menjalani hidup. Ketika kita bisa menerima kelebihan atau sisi manfaat dari seseorang, marilah kita mencoba bisa menerima sisi kekurangan yang dimilikinya karena kita harus menyadari sepenuhnya bahwa mereka juga sama dengan kita, diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan mereka punya alasan, cerita atau dasar kenapa terjadi atau berbuat seperti itu.

Kita masih sering berada pada posisi memvonis atau menghakimi kesalahan dan kekurangan seseorang dengan persepsi dan argument kita tanpa memandang latar belakang, sisi kelebihan dan sisi manfaat yang dimilikinya yang bisa bermanfaat bagi kita secara pribadi, atau bisa bermanfaat bagi orang lain ataupun bermanfaat secara kelompok.

Pandanglah sesuatu dari dua sisi, dari sisi hitam dan dari sisi putihnya, dan jangan memandang hanya dari satu sisi atau memandang dengan setengah-setengah karena akan terjadi keabu-abuan dalam kehidupan.

Kita masih sering justru berbuat sebaliknya, mencari titik aman kita sendiri ketika melihat kekurangan yang ada pada seseorang. Bahkan kita sering berbuat sebaliknya, bukan menutupi sisi kekurangan orang lain yang bisa kita ambil manfaatnya tapi kita justru membesar-besarkan sisi kekurangannya.

Marilah kita mencoba berlaku adil dalam menjalani kehidupan agar terjadi keseimbangan. Ketika kita berbuat tidak adil pada orang lain, cobalah kita berfikir seandainya itu terjadi pada diri kita.

Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, pada koridornya, pada relnya, pada posisinya, pada porsinya, adil tidak berarti sama.

Saya sempat tergelitik ketika suatu hari berdiskusi ringan dengan salah seorang teman lama, ketika membicarakan tentang keseimbangan hidup.
...............................


Seorang teman/sahabat mencari kesempurnaan dari teman/sahabatnya ..
Seorang suami/istri mencari kesempurnaan dari istri/suaminya ..
Seorang kekasih mencari kesempurnaan dari kekasihnya ..
Seorang anggota/pengurus mencari kesempurnaan dari anggota/pengurus lainnya
..
Padahal kesempurnaan itu hanya milik Tuhan
Kesempurnaan hidup itu hanya akan terjadi kelak di akhirat.
Maka siapapun yang mencari kesempurnaan dari seseorang carilah di akhirat kelak 
.................................

Betul juga pendapat temanku tersebut ...

Memang kita tidak bisa dituntut untuk melakukan semua dengan baik, tapi setidaknya marilah kita mencoba dari satu tindakan kecil yang bisa kita lakukan. Sebagai contoh, ketika kita bisa mengambil sisi kelebihan/manfaat dari seseorang dan ketika kita tahu ada sisi kekurangan yang dimilikinya kita tidak harus memvonis pada orang tersebut dari sisi kekurangannya tapi biarkan itu menjadi sisi kehidupannya dan jika bisa kita justru bisa menutupinya atau justru melakukan koreksi atas kekurangan yang dimiliki orang tersebut.

Setidaknya kita sudah mencoba melakukan hal yang mampu kita lakukan dan tidak mungkin bisa sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan.

Jika kita mau berbuat sesuatu, jadilah hitam sebagai hitam dan jadilah putih sebagai putih, jangan berada diantara hitam dan putih karena kita akan menjadi abu-abu.

Ketika belum bisa, maka diam dan menjadi diri sendiri adalah yang terbaik.


Oleh : Ken Radjasa, ID KOBRA 53462/00555

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages