SATU KAKI SEJUTA SEMANGAT

Mingggu pagi, 05 Juli 2015

Waktu masih menunjukkan pukul 09.12 WIB ketika Pak Salyo, Ketua Umum Komunitas Banjarnegara (KOBRA) datang ke rumah saya. Kita hari ini sudah janjian mau ngabuburit dengan mengunjungi para calon penerima bantuan kaki palsu dari program KOBRA PEDULI

Profil Bapak Sugianto Goro
Motor langsung meluncur ke rumah Bapak Goro, yang nama lengkap sesuai fotocopy KTP yang kami minta adalah :
Nama Lengkap  : Sugianto Goro
TTL                       : Banjarnegara, 06 Februari 1959 
Alamat                 : Punggelan RT 01 RW 05 Kecamatan Punggelan
Jenis Kelamin     : Laki-laki
Pekerjaan           : Petani/Pekebun

Seorang pribadi yang sederhana, santun dan mandiri. Ketika bertemupun saya dan Pak Salyo harus menunggu lama karena sedang bekerja. Tak terlihat wajah lelah, capek atau lemah dalam diri Pak Goro, semangat beliau sangat kuat untuk tetap beraktivitas seperti manusia lain yang diberi kesempurnaan tubuhnya. Pak Goro mengalami kekurangan fisik dengan memiliki hanya satu buah kaki yang normal, sementara yang satunya terpaksa harus diamputasi karena terkena penyakit.

Satu hal yang langsung menjadi catatan kami dari Divisi Sosial Kemanusiaan (DSK) Komunitas Banjarnegara adalah bahwa Bapak Goro ini sangat mengharapkan bantuan kaki palsu dari manapun karena memang sangat dibutuhkan untuk membantu aktivitasnya, meski dengan segala keterbatasan yang dimilki beliau tetap semangat bekerja, semangat menghidupi keluarga.

Profile Bapak Miswadi
Perjalanan kami lanjutkan ke arah timur ke Desa Bondolharjo, Kecamatan Punggelan menemui salah satu warga yang juga membutuhkan bantuan kaki palsu. Ditemui di bengkel motornya yang berada di sebelah timur pertigaan balai desa Bondolharjo, Pak Miswadi terlihat sedang beraktivitas seperti hari-hari biasa, dengan keterbatasan gerak karena Pak Miswadi hanya memiliki satu buah kaki yang sempurna.

Setelah mengambil gambar beliau kami sedikit ngobrol tentang sejarah kenapa beliau salah satu kainya harus diamputasi, beliau tidak terlalu banyak bercerita tentang asal mulanya namun hanya bercerita tentang betapa butuhnya kaki palsu buat beliau karena aktivitasnya beliau dalam melayani pelanggan di bengkel motor milik beliau yg dikelolanya.

Kami juga melihat selain usaha bengkel motor yang dikelola Pak Miswadi, tampak ada satu unit komputer/PC dan satu unit printer yang digunakan untuk layanan pembayaran online / PPOP.
Luar biasa, dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Pak Miswadi tetap menjalani hidupnya seolah manusia sempurna lainnya, dengan segala keterbatasannya beliau tidak merasa minder atau rendah diri, bahkan kami menilai beliau sangat kreatif membaca peluang yang ada.

Profile Bapak Sardiman (Kandangwangi, Wanadadi)
Perjalanan berlanjut ke RT 02 RW03 Desa Kandangwangi Kecamatan Wanadadi ke rumah Bapak Sardiman yang berdasarkan informasi dari Bapak Miswadi juga mengalami hal yang sama seperti Pak Miswadi yaitu hanya memiliki satu kaki yang sempurna.

Sayang sekali kami tidak bisa bertemu dengan Bapak Sardiman karena beliau sedang tidak di rumah, sedang menjalani aktivitas beliau bekerja. Hanya saja istri beliau sedikit bercerita bahwa sudah memiliki kaki palsu namun jarang digunakan karena merasa tidak nyaman ketika dipakai. Beliau lebih suka tidak memakai kaki palsu dan hanya menggunakan tongkat penyangga atau yang biasa disebut kruk.

Satu hal yang bisa kami ambil pelajaran sampai di sini adalah bahwa dari ketiga orang yang kami datangi yang notabene mereka mengalami cacat fisik berupa tidak memiliki salah satu kaki yang sempurna, namun ketiga orang ini mereka tidak putus asa, tetap semangat menjalani aktivitas pekerjaan dan aktivitas hidupnya seolah tidak ada perbedaan antara masih lengkap anggota tubuhnya dengan sekarang yang sudah tidak lengkap.

Semangat yang luar biasa !! semangat untuk tetap fighting menghadapi kerasnya hidup. Salut buat mereka, dan itu menjadi tambahan spirit kami yang memiliki kesempurnaan anggota tubuh.

Subahanalloh

Profil Mbak Rosini, 34 Tahun (Desa Rakit Kecamatan Rakit)
Sambil melanjutkan perjalanan ke Desa Rakit, saya sama Pak Salyo terdiam tanpa kata, tak bisa banyak bercerita karena merasa kagum dengan semangat mereka, semangat yang luar biasa yang belum tentu dimiliki oleh kita yang memiliki kesempurnaan tubuh.

Di Desa Rakit kami menuju ke rumah Mbak Rosini atau yang lebih akrab dipanggil Mbak Rossi, seorang ibu muda yang hanya memiliki satu buah kaki karena salah satu kakinya mengalami penyakit sehingga harus diamputasi.

Ibu muda kelahiran tahun 1981 ini baru saja memiliki buah hati yang baru berumur sekitar 8 bulan, ketika kami datang ke rumahnya, mbak Rossi menemui kami dengan ramah berserta Ibu kandung dan sang buah hatinya.

Di sini kami agak lama karena bercerita panjang lebar tentang banyak hal, tentang penyebab amputasi Mbak Rossi, tentang bagaimana dia melewati masa traumatik di awal kejadian harus diamputasi dan bagaimana keluarga memotivasi untuk terus menjalani kehidupan ini dengan segala keterbatasan yang dimiliki.

Mbak Rossi juga bercerita bahwa ada komunitas sendiri di Banjarnegara yang beranggotakan sekitar 20-25 orang yang mengalami kekurangan bentuk anggota tubuh baik kaki maupun tangan namun sebagian besar dalah tidak memiliki kesempurnaan jumlah kaki. Mereka terkumpul dalam satu komunitas dan rutin melakukan pertemuan-pertemuan setiap bulannya dan aktivitas rutin bulanan itu juga didukung oleh pemerintah dengan memberikan bantuan berupa pelatihan usaha mandiri seperti pelatihan menjahit.

Pemerintah dalam hal ini memang sudah tanggap terhadap saudara-saudara kita yang mengalami kekurangan fisik seperti mereka, namun selayaknya didukung juga dengan permodalan yang cukup untuk mengembangkan usaha dari pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pemerintah, itu harapan mereka sehingga setelah pelatihan-pelatihan yang mereka ikuti selesai, mereka bisa mempraktekannya sebagai sebuah usaha yang menghasilkan dan bisa menambah penghasilan keluarga.

Mbak Rosi juga memberikan nomor ketua dari komunitas mereka yang berjumlah sekitar 25 orang dan kami berjanji untuk menemui beliau untuk silaturahmi, sharing dan menggali potensi, keinginan, keluhan dan apa yang dibutuhkan mereka dan apa yang bisa kami bantu.
Sungguh sangat luar biasa perjalanan kali ini, kami mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga dari mereka yang mengalami kekurangan fisik.

Profile Bapak Rohadi, 60th, Desa Rakit, Kecamatan Rakit
Dari rumah Mbak Rossi kami menuju ke rumah Bapak Rohadi yang masih berdomisili di Desa Rakit, Kecamatan Rakit. Kebetulan saya memiliki saudara di sini sehingga tidak terlalu sulit mencari rumah Pak Rohadi. Dari jalan raya Mandiraja – Lengkong, kami masuk gang kecil di sebelah selatan MTsN 1 Rakit, sebuah gubuk tua di pinggiran sawah.

Subhanalloh, saya dan Pak Salyo hampir tak kuasa menahan rasa sesak di dada melihat kondisi dan keadaan Pak Rohadi.. Di rumah sederhana beliau yang hanya berukuran 4x8 meter, dengan ruang tamu hanya beralaskan tikar untuk mainan bayi, kami menemui Pak Rohadi yang hanya bisa berbaring dengan posisi setengah tegak karena beliau tidak memiliki satu buah kakipun dan amputasi yang dilakukan terhadap beliau betul-betul sampai di pangkal paha, tidak tersisa sedikitpun bentuk kaki.

Ya Alloh Ya Rabbi, Tuhan tunjukkan kepada kita sebuah hal yang akan menjadi pelajaran berharga buat kita, bahwa dengan segala keterbatasan kita, dengan segala kelebihan kita, setidaknya kita diberi anugerah kesempurnaan jumlah dan bentuk anggota tubuh, namun kita masih sering mengeluh kurang ini kurang itu dan kita sering menggugat Tuhan seolah Tuhan itu tidak adil dengan segala keterbatasan dan kekurangan kita  (itu saya sih yang sering ngeluh hehehe)

Bapak Rohadi orangnya besar, berbadan besar maksudnya, dengan suara yang besar namun tedengar ramah dan cepat akrab. Dari intonasi dan ritme suara beliau sudah bisa saya simpulkan bahwa beliau ini orang yang memiliki semangat tinggi, selalu berapi-api dan selalu optimis dan yakin dengan Kuasa Tuhan.


Di depan saya dan Pak Salyo duduk, saya melihat ada 2 hal yang sangat menyita perhatian kami yaitu berupa dua buah kursi dan meja yang unik

Meja yang berada di depan Pak Rohadi adalah sebuah meja buatan Pak Rohadi sendiri yang diberik 4 buah roda yang fungsinya digunakan untuk membantu pergerakan beliau. Pak Rohadi ini termasuk orang yang kreatif, tidak seperti saya hehehe

Satu lagi menyita sudut pandang mata kami adalah kursi roda yang Pak Rohadi miliki, betul-betul membuat kami seolah menjerit dengan keadaan seperti ini, Tuhan ... dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, mereka tetap bertahan hidup berkompetisi dengan manusia-manusia lain yang sempurna, dengan segala keterbatasan, dengan segala daya upaya, mereka sama seperti kita, butuh hidup, butuh makan, butuh minum, kebutuhan bilogis, dan butuh kesenangan-kesenangan duniawi lain.
Pak Rohadi ini termasuk kreatif dan rajin, dengan keterbatasan fisik beliau yang benar-benar tidak memiliki kaki satupun, beliau tetap bisa dan biasa melakukan pekerjaan rumah seperti membuat pagar rumah, membersihkan lingkungan rumah dan membantu istri. Selain itu, di pintu kamar sempit berukuran 2x2 meter yang beliau tempati, saya membaca itu sebuah ‘kantor’ yang digunakan untuk menemui para klien Pak Rohadi .

Pak Rohadi punya klien dan kantor ??

Wah, jangan heran dan kaget, mereka juga punya kelebihan yang kita sebagai manusia yang diberi kelengkapan anggota tubuh belum tentu bisa seperti mereka. Pak Rohadi ternyata memiliki kemampuan mengobati orang dan memiliki klien, meskipun kedatangan mereka tidak tentu dan penghasilan yang didapatkan Pak Rohadi  tidak menentu tapi setidaknya, kelebihan yang dimiliki Pak Rohadi bisa membantu penghasilan keluarga



Subhanalloh

Dari hasil pembicaraan yang agak lama dengan Pak Rohadi kami menyimpulkan sebuah permintaan sederhana dari Pak Rohadi melihat kondisi fisik Pak Rohadi, beliau menginginkan bantuan berupa satu unit kursi roda untuk mengganti kursi roda manual yang beliau miliki yang dibuat sendiri dari bambu dan kayu, sehingga tidak memungkinkan menggunakan kaki palsu karen kondisi amputasi kaki betul-betul sampai ke pangkal paha dan tidak menyisakan sedikitpun bentuk kaki.

Sambil bergurai beliau juga menawarkan minum kepada kami, barangkali kami tidak berpuasa. Hehehe, sebenarnya saya sudah lapar sekali dan pengin ngopi dan merokok Pak Rohadi, tapi saya sedang berpuasa, dan kebetulan hari ini saya jalan dengan memakai kopiah, biar terbiasa ketika suatu saat nanti jadi Pak Haji Ken hehehhee (pengin banget sih sebenarnya jadi Mas Haji segera hehehe)

Sebelum kami berpamitan, Pak Rohadi mendoakan kami, mendoakan KOBRA, mendoakan teman-teman dan member semua semoga selalu diberi kesehatan, kemudahan rizki dan kelancaran semua usaha yang dijalankan.


Aamiin Pak, kami belum bisa memberikan apapun kepada Bapak, tapi Bapak telah memberikan kami banyak hal; pelajaran berharga, motivasi, inspirasi, doa dan .. tawaran minum kopi yang menggiurkan hehehehe (kami tolak halus lho tawaran ngopinya hehe)


Profil Mbak Pratiwi, 38 Tahun, Desa Wiramastra, Kecamatan Bawang
Setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan ke Bawang tepatnya ke Desa Wiramastra RT 001 RW 002, denga tujuan ke rumah Mbak Pratiwi.

Sepanjang perjalanan dari Desa Rakit ke Desa Wiramastra kami disuguhi pemandangan alam pegunungan di Banjarnegara yang luar biasa, hanya saja saya melihat di sisi selatan Banjarnegara, terlihat banyak sekali pegunungan tandus dan gundul dan terlihat seperti digali.

Ah, jiwa petualang saya bangkit, sudah lama tidak naik gunung berpetualang menyatu dengan alam. Sudah teragenda sebenarnya namun bulan ramadhan ini banyak sekali agenda pekerjaan dan organisasi yang harus diselesaikan, belum lagi persiapan menyambut lebaran, belum beli baju baru buat anak istri heheehe.

Tuhan memberikan banyak kemudahan sepanjang perjalanan kami mencari alamat orang-orang yang membutuhkan bantuan kaki palsu. Data kami terima dari member dan pengurus KOBRA, juga masukkan dari beberapa warga Banjarnegara melalui Organiasasi kami, Komunitas Banjarnegara KOBRA)

Sampai di rumah Mbak Pratiwi saya melihat ada hal baru lagi di sini. Saya melihat satu unit mesin jahit bertuliskan nama si pemilik, PRATIWI. Dari sini saya masih terus menyimpulkan bahwa saudara-saudara kita yang memiliki keterbatan dan kekurangan anggota tubuhnya ternyata semua memiliki semangat yang luar biasa untuk tetap beraktivitas dan bekerja membantu ekonomi keluarga.

Mbak Pratiwi orangya lugu, polos dan apa adanya, bisa terkesan cuek menurut saya tapi sangat ramah bahkan menyambut kami dengan sangat luar biasa seperti tamu agung. Yang membuat saya dan Pak Salyo aga rikuh adalah mbak Pratiwi menemui kami dengan duduk di lantai dan kami duduk di kursi, padahal sudah kami minta untuk duduk di kursi sejajar dengan kami, karena kami juga adalah manusia biasa, warga biasa seperti mbak Pratiwi dan kebanyakan manusia yang lain.

Dengan lugas dan polosnya mbak Pratiwi bercerita bahwa di Banjarnegara memang ada sekitar 20-25 orang yang memiliki nasib yang sama dan tergabung dalam satu komunitas dan rutin melakukan pertemuan sebulan sekali dengan kegiatan rutin arisan, silaturahmi, dan pelatihan-pelatihan ketrampilan seperti menjahit. Mbak Pratiwi seperti halnya lainya, merasa sangat berterima kasih dan terbantu dengan bantuan dan subsidi dari pemerintah tersebut namun ada beberpa hal yang menurut mbak Pratiwi belum tepat seperti alokasi dana bantuan transport ke tempat pelatihan ketrampilan yang belum sepadan, bantuan dana tambahan yang harus dipotong biaya administrasi tetek bengek dan lain-lain. Dan Mbak Pratiwi sangat berharap bisa ada bantuan dana untuk membantu mengembangkan usaha menjahit agar bisa membantu penghasilan keluarganya

Yayaya Mbak Pratiwi, Anda mewakili keluhan teman-teman dan saudara yang lain agar pemerintah lebih tanggap dan lebih memperhatikan saudara-saudara kita yang memiliki nasib seperti Anda, namun memiliki semangat hidup, semangat bekerja dan berusaha tidak kalah dengan kita yang diberi kelengkapan anggota tubuh.

Tidak terlihat kelelahan hidup, atau rasa frustasi ataupun kelemahan hidup, saya melihat pancaran semangat yang luar biasa dari mbak Pratiwi. Luar biasa !!

Doakan kami Mbak Pratiwi, doakan kami teman-teman dari Komunitas Banjarnegara (KOBRA) agar bisa membantu mewujudkan keinginan dan harapan-harapan Mbak Pratiwi dan saudara-saudara kita yang memiliki kekurangan sama.

Perjalanan belum berakhir, masih ada 5 orang lagi yang kami jadwalkan kami kunjungi dan verifikasi datanya untuk kami usahakan mendapatkan bantuan kaki palsu. Yang terdekat adalah ke Dusun Kalicacing, Desa Kalimandi Kecamatan Purwareja Klampok



Profil Mbok Tiem, 70 th, Kalimandi, Purwareja Klampok
Tidak ada yang istimewa pada diri Mbok Tiem, karena beliau sudah uzur, berumur sekitar 70 tahun dengan kondisi pendengaran yang sudah sangat berkurang sehingga kami tidak bisa berkomunikasi aktif dengan beliau. Kami berkomunikasi dengan menantu perempuan Mbok Tiem yang menceritakan sedikit tentang perjalanan hidup Mbok Tiem.



Menurut menantu perempuannya, Mbok Tiem telah menjalani hidup dengan satu kaki sejak kecil sehingga beliau tidak bisa menceritakan terlalu banyak kronologisnya, hanya saja satu kesimpulan yang kami ambil adalah bahwa Mbok Tiem terlahir sempurna dan mengalami kecelakaan sehingga harus diamputasi sebelah kakinya.

Alat bantu jalan yang dipakai Mbok Tiem termasuk sangat sederhana, yaitu hanya menggunakan sebatang bambu yang di ujungnya dibalut dengan kain. Kenapa tidak menggunakan tongkat konvensional alasannya karena Mbok Tiem tidak mau ribet, terlalu berat dan sebagainya.

Capek ?
Jelas !! karena kami hanya manusia biasa dengan banyak kelemahan

Semangat ?


Selalu !! karena kami telah berdedikasi untuk berperan dan berkontribusi aktif berbagi dengan sesama.

Profil Mbak Sutarti, 38 Tahun, Susukan Kecamatan Susukan

Dari Kalimandi, kami meluncur ke Desa Susukan Kecamatan Susukan ke rumah Mbak Sutarti. Matahari sudah terlihat sangat bergeser ke arah barat, menunjukkan waktu sudah sore. Target kunjungan belum semua kelar.

Mbak Tarti menerima kunjungan kami dengan sangat ramah dan sudah tahu kedatangan kami karena kebetulan salah satu temannya adalah member KOBRA. Saya melihat hal yang sama seperti saudara-saudara yang lain yang memiliki keterbatasan dan kekurangan kelengkapan anggota tubuh, semangat !!

Ya, semangat hidup yang berkobar dan berapi-api yang ditunjukkan Mbak Tarti sama seperti yang lain, mereka tidak ingin hidup dari belas kasih orang lain atau keluarganya saja, tapi mereka ingin aktif bergerak, aktif berusaha dengan segala kemampuan dan keterbatasan mereka

Dari gerak aktif dan pancaran matanya, saya bisa melihat bahwa sebelum diamputasi salah satu kakinya, Mbak Tarti orang yang sangat mobile, aktif dan tangkas, karena setelah diamputasi salah satu kakinya pun itu masih sangat terlihat jelas

Mbak Tarti menemui kami masih berkalung tali meteran penjahit, sehingga saya bisa menyimpulkan bahwa Mbak Tarti adalah seorang penjahit.

Dia bercerita sedikit kronologi kenapa sampai harus diamputasi sebelah kakinya yaitu karena kecelakaan, kakinya terlindas mobil pick up.

Subhanalloh, dari perjalanan hari ini, saya telah mengambil banyak sekali pelajaran berharga yang bisa memotivasi kita semua, bahwa keterbatasan dan kekurangan fisik bukanlah sebuah alasan untuk kita terus bergerak aktif, tetap semangat bekerja dan berusaha. Keterbatasan dan kekurangan fisik janganlah menjadi kita rendah diri, minder atau merasa terkucilkan karena setiap hal itu memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Justru dengan keterbatasan dan kekurangan yang kita miliki, kita harus tunjukkan dan buktikan bahwa kita bisa berbuat lebih banyak dan lebih berarti daripada yang memiliki kelengkapan san kesempurnaan anggota tubuh.

Khusus motivasi buat saya pribadi, meskipun saya tidak sempurna, tidak cakep dan ganteng sempurna, saya harus termotivasi dengan semangat mereka, biar saya jelek yang penting pede abissss hehehehe

Terima kasih Pak Goro, Pak Miswadi, Mbak Rossi, Pak Rohadi, Mbak Pratiwi, Mbok Tiem, Mbak Tarti, karena kalian kita bisa lebih termotivasi untuk lebih bergerak lebih aktif dalam misi berbagi dengan sesama, doakan perjuangan kami teman di Komunitas Banjarnegara (KOBRA) agar bisa terus bisa istiqomah dan amanah



aamiin 

(DSK-KOBRA PEDULI/KR78)

4 komentar:

Pages